Cute Rocking Baby Monkey IsNaningTiyasNovitaSari

Rabu, 27 Desember 2017

Atrial Septal Defect (ASD)



Atrial Septal Defect (ASD)




DEFINISI
Cacat septum atrial atau Atrial Septal Defect adalah  kondisi jantung bawaan. Kondisi ini terjadi di mana terdapat sebuah lubang di septum yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Bagian kiri jantung biasanya memompa darah lebih kuat dari bagian kanan. Cacat menghasilkan jalur kiri ke kanan yang memungkinkan darah dari kedua sisi jantung untuk bercampur. Darah dengan sedikit oksigen dipompa ke tubuh, dan darah dengan oksigen tinggi bergerak kembali ke paru-paru. Sirkulasi yang tidak normal di bagian kanan dari sistem menyebabkan peningkatan tekanan pada paru-paru (hipertensi pulmonal).


KLASIFIKASI
Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
1.      Ostium secundum : merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis. Sekitar 8 dari 10 bayi lahir dengan ASD ostium secundum. Sekitar setengahnya ASD menutup dengan sendirinya. Keadaan ini jarang terjadi pada kelainan yang besar. Tipe kerusakan ini perlu dibedakan dengan patent foramen ovale. Foramen ovale normalnya akan menutup segera setelah kelahiran, namun pada beberapa orang hal ini tidak terjadi hal ini disebut paten foramen ovale. ASD merupakan defisiensi septum atrial yang sejati.
2.      Ostium primum : kerusakan terjadi pada bagian bawah septum atrial. Biasanya disertai dengan berbagai kelainan seperti katup atrioventrikuler dan septum ventrikel bagian atas. Kerusakan primum jarang terjadi dan tidak menutup dengan sendirinya.
3.      Sinus venosus : Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial, didekat vena besar (vena cava superior) membawa darah miskin oksigen ke atrium kanan. Sering disertai dengan kelainan aliran balik vena pulmonal, dimana vena pulmonal dapat berhubungan dengan vena cava superior maupun atrium kanan. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II.


FAKTOR PENYEBAB
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
1.      Faktor Prenatal : Ibu menderita infeksi Rubella, Ibu alkoholisme, Umur ibu lebih dari 40 tahun., Ibu menderita IDDM, Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu, obesitas
2.      Faktor genetic : Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, Ayah atau ibu menderita PJB, Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down, Lahir dengan kelainan bawaan lain
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt), Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak diketahui,


TANDA DAN GEJALA
ASD di awalnya tidak menimbulkan gejala. Saat tanda dan gejala muncul biasanya murmur akan muncul. Seiring dengan berjalannya waktu ASD besar yang tidak diperbaiki dapat merusak jantung dan paru dan menyebabkan gagal jantung. Tanda dan gejala gagal jantung diantaranya:
· Kelelahan
· Mudah lelah dalam beraktivitas
· Napas pendek dan kesulitan bernapas
· Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
· Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh
Penderita ASD sebagian besar menunjukkan gejala klinis sebagai berikut:
*  Detak jantung berdebar-debar (palpitasi)
*  Tidak memiliki nafsu makan yang baik
*  Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
*  Berat badan yang sulit bertambah
*  Sianosis pada kulit di sekitar mulut atau bibir dan lidah
*  Cepat lelah dan berkurangnya tingkat aktivitas
*  Demam yang tak dapat dijelaskan penyebabnya
*  Respon tehadap nyeri atau rasa sakit yang meningkat
Mild dyspneu pada saat bekerja (dispneu d’effort) dan atau kelelahan ringan adalah gejala awal yang paling sering ditemui pada hubungan antar atrium. Pada bayi yang kurang dari 1 tahun jarang sekali memperlihatkan tanda-tanda gagal jantung kongestif yang mengarah pada defek atrium yang tersembunyi. Gejala menjadi semakin bertambah dalam waktu 4 sampai 5 dekade. Pada beberapa pasien yang dengan ASD yang lebar, mungkin dalam 10 atau 7 dekade sebelumnya telah memperlihatkan gejala dispneu d’effort, kelelahan ringan atau gagal jantung kongestif yang nyata.
Pada penderita ASD terdapat suara splitting yang menetap pada S2. Tanda ini adalah khas pada patologis pada ASD dimana pada defek jantung yang tipe lain tidak menyebabkan suara splitting pada S2 yang menetap.


PENGOBATAN
1.   1. Obat : Obat-obatan tidak akan memperbaiki lubang, tetapi dapat digunakan untuk mengurangi beberapa tanda dan gejala yang dapat menyertai suatu cacat septum atrium. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengurangi risiko komplikasi setelah operasi. Obat juga digunakan untuk menjaga detak jantung agar tetap teratur (beta blocker) atau untuk mengurangi risiko pembekuan darah (antikoagulan)
  1. Kateterisasi jantung. Dalam prosedur ini, dokter memasukkan tabung tipis (kateter) ke dalam pembuluh darah di pangkal paha dan memandunya ke jantung menggunakan teknik pencitraan. Melalui kateter, dokter menetapkan patch mesh atau plug untuk menutup lubang. Jaringan jantung tumbuh di sekitar mesh, dan akan menutup lubang secara permanen
  2. Operasi jantung terbuka. Jenis operasi ini dilakukan di bawah anestesi umum dan memerlukan penggunaan mesin jantung-paru. Melalui sayatan di dada, ahli bedah menggunakan patch untuk menutup lubang
  3. Pengobata dirumah : olahraga, diet

NASKAH ROLE PLAY KOMUNIKASI KEPERAWATAN
GANGGUAN PENDENGARAN SEJAK LAHIR











Disusun oleh :
1.      Niswatun Hasanah                P27820716001
2.      Elita Rezi Safira                    P27820716007
3.      Refi Ardian Syah P               P27820716013
4.      Bella Dama Shinta                P27820716019
5.      Naomi Ragil Putri H             P27820716025
6.      Is Naning Tiyas N                 P27820716031
7.      Girindra Findyanto              P27820716037





POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI DIV GAWAT DARURAT
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017



PRA-INTERAKSI

Di Rumah Sakit  Citra Medika di kamar 12 flamboyan terdapat seorang pasien yang bernama Indra  umur 10 tahun dimana dia sekarang sedang duduk di bangku kelas 4 SD yang dirawat karena penyakit dehidrasi. Selain itu indra sebenarnya juga menderita gangguan pendengaran sejak kecil (tuna rungu). Di rumah sakit tersebut dia ditemani oleh kedua orangtuanya, dan perawat yang membantu dalam perawatannya sehari-hari.

FASE ORIENTASI
Fase orientasi adalah fase awal atau bisa dibilang fase perkenalan dan pendekatan pada klien atau keluarga klien. disini perawat dituntut untuk ramah dalam berkomunikasi dan tetap menjaga hubungan yang baik dengan klien.

Nama
Komunikasi Verbal
Komunikasi Nonverbal
Perawat 1
Selamat pagi pak
tersenyum
Ayah pasien
Pagi juga, sus
Perawat 1
Pak nama saya perawat 1, disini saya akan membantu anak bapak selama dirawat,
Ayah pasien
Iya suster silahkan
Perawat  1
Bagaimana keadaan anak bapak hari ini?
Ayah pasien
Sudah agak mendingan suster, panasnya sudah turun
Perawat 1
wah ada perkembangan ya pak,
Ayah pasien
Iya suster.
“Perawat 1 langsung mendekati pasien ”
Perawat 1
Selamat pagi, dik
Sambil menyentuh pasien
Pasien
Kebingungan tidak tahu apa yang dikatakan perawat
Perawat 1
Dek, nama saya perawat 1
Melakukan kontak mata dan berbicara dengan gerakan bibir pelan
Pasien
Masih kebingungan
Perawat 1
Saya perawat 1
Sambil menunjuk diri sendiri dan menunjukan papan nama
Pasien
Perawat 1?
Sambil tersenyum
Perawat
Iya saya perawat 1
Dengan gerakan bibir pelan
Pasien
Maaf ya suster, saya gak bisa dengar
Tersenyum
Perawat
Iya tidak apa-apa dik
Mengangguk sambil tersenyum
Pasien
Hanya tersenyum


FASE KERJA
Fase kerja atau fase tindakan adalah fase dimana perawat tetap melakukan suatu komunikasi baik pada klien maupun pada keluarganya dalam melakukan suatu tindakan. jadi dalam melakukan tindakan, perawat harus tetap mengajak bicara klien agar suasana yang tercipta tetap hangat dan menimbulkan rasa kepercayaan pada keluarga klien saat melakukan suatu tindakan.
Nama
Komunikasi Verbal
Komunikasi Nonverbal
Perawat 2
Dik, sudah minum berapa gelas hari ini ?
Bicara dengan bibir pelan dan Mengambil, menunjukan gelas
Pasien
hmmmm
Mengangguk
Perawat 2
Berapa dik ?
Simbil menunjujkan, 1 jari, 2 jari, 3 jari
Pasien
Satu
Pasien menunjukan 1 jari
Perawat 2
Bagus
Memberikan jempol
Pasien
Tersenyum
Perawat 2
Nanti minum lagi ya
Sambil mempraktekan minum
Pasien
Mengangguk
Perawat 2
Tersenyum sambil memberikan jempol
Udah makan juga?
sambil mengerakan tangan ke mulut (seperti menyuap)
Pasien
Udah,
Mengguk ,tersenyum
Perawat 2
Memberikan jempol lagi
Biar cepet sembuh ya
Mengagkat lengan, (seperti menunjukan kekuatan)
Pasien
Iya suster
Tersenyum

FASE TERMINASI
Fase terminasi atau fase akhir merupakan fase dimana terjadi komunikasi antara perawat dengan klien atau keluarga klien bahwa tindakan yang dilakukan sudah selesai dan perawat berpamitan pada klien untuk kembali ke ruang perawat.
Nama
Komunikasi Verbal
Komunikasi Nonverbal
Perawat 3
Dik, suster tinggal dulu ya
Menyentuh pasien, menunjuk diri, kemudian menunjuk pintu
Pasien
Iya suster
Sedih
Perawat 3
Jangan sedih dong dik
Menyentuh pasien, menatap mata, Meninjukan senyum lebar
Nanti suster kesini lagi
Mmenunjuk diri sendiri, dan ke bawah
Pasien
Bener ya suster
Senang dan tersenyum
Perawat 3
Iya,
Tersenyum sambil mengaguk
Perawat 3
Suster boleh pergi?
Sambil menunjuk pintu
Pasien
Mengangguk tersenyum
“Kemudian perawat menghampiri orang tua pasien”
Perawat 3
ibu, saya permisi dulu ya, kalau ada apa-apa, panggil saya atau perawat yang lain ya ibu
Ibu pasien
Iya suster pasti. Terimakasih suster atas bantuannya
Perawat
Iya bu,. Ya sudah, saya permisi dulu ya bu, pagi
Tersenyum
Ibu pasien
Iya suster, pagi
Tersenyum